BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada hakikatnya, ilmu adalah salah satu sifat Allah, karena itulah
Dia disebut dengan ‘Alim (Yang Maha Tahu). Dia adalah sumber utama ilmu. segala
pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan anugerah-Nya. Ilmu allah tiada
terbatas, manusia hanya memperoleh sedikit saja daripada-Nya. Sedalam apapun
pengetahuan manusia mengenai sesuatu, ia tetap saja terbatas karena
keterbatasan pikiran dan potensi yang ada dalam jiwanya. Manusia merupakan
makhluk pencari ilmu. Ilmu tersebut ia dapatkan melalui alam, wahyu yang
tersurat atau ilham. Oleh karena manusia
adalah makhluk pencari ilmu, maka lahirlah beberapa pendapat tentang
cabang-cabang ilmu atau biasa disebut dengan klasifikasi ilmu. Dengan adanya
ayat al-Qur’an yang menjelaskan tentang klasifikasi ilmu, maka bertambah
kuatlah bertambah kuatlah pembahasan yang akan kami kaji dalam makalah ini
mengenai klasifikasi ilmu.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah yanng akan dibahas dalam makalah ini adalah :
a.
Bagaimana
Pengertian Ilmu ?
b.
Bagaimana
Klasifikasi Ilmu menurut Qs.Al-‘alaq:1-5 dan Qs.Al-kahf:65 ?
c.
Bagaimana
Hubungan Klasifikasi Ilmu terhadap pendidikan ?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari
pembahasan makalah ini adalah sebagai berikut :
a.
Untuk
Mengetahui dan Memahami Pengertian Ilmu.
b.
Untuk
Mengetahui dan Memahami Klasifikasi Ilmu Menurut Qs.Al-‘alaq:1-5 dan Menurut
Qs.Al-kahf:65.
c.
Untuk
Mengetahui dan Memahami Hubungan Klasifikasi Ilmu terhadap pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ilmu
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa arab, yaitu ‘alima.
Secara harfiah, ilmu dapat diartikan mengetahui. Secara istilah ilmu berarti
memahami hakikat sesuatu atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu. Secara
esensial isi ilmu hanya kumpulan teori, tetapi sebenarnya secara lengkap isi
suatu ilmu ialah penjelasan tentang teori itu serta kadang-kadang ada juga data
yang mendukung penjelasan itu. Ilmu memang mengandung arti pengetahuan, tapi
pengetahuan dengan ciri-ciri khusus yaitu yang tersusun secara sistematis atau
menurut Moh Hatta (1954 : 5) “Pengetahuan yang didapat dengan jalan keterangan
disebut Ilmu”.
2.2. Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Alaq : 3-5 dan Qs. Al-Kahf : 65
2.2.1. Ayat dan Terjemahannya
a.
Qs.
Al-Alaq :1-5
اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُ (٣) الَّذِى عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (٤)
عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَالَمْ يَعْلَمْ (٥)
“Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya”.
b. Qs. Al-Kahf
: 65
فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا
اَتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا (٦٥)
“Lalu mereka bertemu
dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu
dari sisi Kami”.
2.2.2. Tafsir
dan Penjelasannya
Allah berfirman, Iqra’ wa
rabbukal-akram menegaskan tentang Tuhan Yang Mulia. Rasulullah dibimbing
untuk membaca dengan nama Allah yang Maha Mulia, yang merupakan sumber
pengetahuan. Kemudian dalam ayat yang ke-4 Allah menerangkan
bahwa Dia menyediakan kalam sebagai alat untuk menulis, sehingga tulisan itu
menjadi penghubung antar manusia walaupun mereka berjauhan tempat. sebagaimana
mereka berhubungan dengan perantaraan lisan. Kalam sebagai benda padat
yang tidak dapat bergerak dijadikan alat informasi dan komunikasi, maka apakah
sulitnya bagi Allah menjadi Nabi-Nya sebagai manusia pilihan-Nya bisa membaca,
berorientasi dan dapat pula mengajar. Allah menyatakan bahwa Dia menjadikan
manusia dari 'Alaq lalu diajarinya berkomunikasi dengan perantaraan kalam. Pena
adalah beku dan kaku, tidak hidup, namun yang dituliskan oleh pena itu adalah
berbagai hal yang dapat difahamkan oleh manusia “Mengajari manusia apa-apa yang
dia tidak tahu.”
Pernyataan
ini menyatakan bahwa manusia diciptakan dari sesuatu bahan hina dengan melalui
proses, sampai kepada kesempurnaan sebagai manusia sehingga dapat mengetahui
segala rahasia sesuatu, maka seakan-akan dikatakan kepada mereka,
"Perhatikanlah hai manusia bahwa engkau telah berubah dari tingkat yang
paling rendah hingga tingkat yang paling mulia, hal mana tidak mungkin terjadi
kecuali dengan kehendak Allah Yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana menciptakan
segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.
Kemudian
berlanjut keayat 5, Allah menambahkan keterangan tentang limpahan
karunia- Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah menjadikan
Nabi-Nya yang tidak terhingga kepada manusia, bahwa Allah yang menjadikan
Nabi-Nya pandai membaca. Dialah Tuhan yang mengajar manusia bermacam-macam ilmu
pengetahuan yang bermanfaat baginya yang menyebabkan dia lebih utama dari pada
binatang- binatang, sedangkan manusia pada permulaan hidupnya tidak
mengetahui apa-apa. Ayat ini sebagai bukti bahwa manusia yang dijadikan dari
benda mati yang tidak berbentuk dan tidak berupa dapat dijadikan Allah menjadi
manusia yang sangat berguna dengan mengajarinya pandai menulis, berbicara dan
mengetahui semua macam ilmu yang tidak pernah diketahuinya.
Allah
pun berfirman dalam surah Al-kahf ”Lalu mereka (Musa dan Muridnya) bertemu dengan seorang hamba dari
hamba-hamba Kami, yang telah Kami anugerahkan kepadanya rahmat dari sisi Kami
dan telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami”.
Dijelaskan dalam
tafsir jalalayn, (Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara
hamba-hamba Kami) yaitu Khidhir (yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari
sisi Kami) yakni kenabian, menurut suatu pendapat, dan menurut pendapat yang
lain kewalian, pendapat yang kedua inilah yang banyak dianut oleh para ulama
(dan yang telah Kami ajarkan kepadanya dari sisi Kami) dari Kami secara
langsung (ilmu). Lafal 'ilman menjadi Maf'ul Tsani, yaitu ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan masalah-masalah kegaiban.
Berdasarkan ayat di atas bahwa dilihat dari cara memperolehnya,
ilmu terbagi dua yaitu :
1.
Ilmu
ladunni yaitu ilmu yang diperoleh tanpa usaha manusia seperti wahyu, ilham,
intuisi, firasat manusia yang suci jiwanya atau faktor kebetulan yang
dialami oleh ilmuwan yang tekun dll. sebagaimana diisyaratkan pada QS Al-Kahfi
ayat 65 dan Al-‘Alaq ayat 5.
2.
Ilmu
kasbi yaitu ilmu yang diperoleh karena memakai alat atau atas dasar usaha
manusia. Allah mengisyaratkan dengan firmannya Q.S. Al-‘Alaq ayat 4.
Al-Qur’an
memerintahkan manusia untuk terus berupaya meningkatkan kemampuan ilmiahnya.
Disamping itu, perlu dikemukakan bahwa manusia memiliki naluri haus
pengetahuan, sebagaimana telah ditemukan Rasulullah dalam sebuah haditsnya“ Ada 2 keinginan yang tidak pernah
terpuaskan yaitu keinginan menuntut ilmu dan keinginan mencari harta”
Yang
perlu diusahakan adalah mengarahkan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
untuk kemaslahatan hidup, bukan untuk merusak dan membahayakan umat manusia.
Pengarahnya adalah agama dan moral yang selaras dengan ajaran agama. Disinilah
letak hubungan antara agama Islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadist
dengan ilmu pengetahuan dan teknologi ( iptek ) yang bersumber dari akal dan
penalaran manusia.
Akal
menghasilkan ilmu, dan ilmu berkembang dalam masa keemasan sejarah Islam. Agar
dapat dipelajari dengan baik dan benar. Sebagian klasifikasi ilmu itu asli dan
berpengaruh, tetapi sebagian lagi hanyalah pengulangan klasifikasi sebelumnya
yang kemudian dilupakan orang. Pada massa Al-Farabi, Al-Gazali, Qutubuddin
telah berhasil mengklasifikasikan ilmu Islam menjadi beberapa bagian. Ketiga
tokoh tersebut adalah orang-orang pendiri terkemuka aliran intelektual dan
mereka tumbuh dan berkembang dalam periode-periode penting sejarah Islam.
Adapun
mereka telah mengklasifikasikan menjadi beberapa bagian, yakni:
1. Menurut Al-Farabi, perincian klasifikasinya
yakni sebagai berikut :
a. Ilmu Bahasa
b. Ilmu Logika
c. Ilmu Matematis
d. Ilmu Metafisika
e. Ilmu Politik, Ilmu Fiqih dan Ilmu Kalam.
2. Menurut Al-Gazali, perincian klasifikasinya
yakni sebagai berikut :
a. Ilmu teoritis dan ilmu praktis
Ilmu
teoritis adalah ilmu yang menjadikan keadaan-keadaan yang wujud diketahui
sebagaimana adanya. Sedangkan ilmu
praktis berkenaan dengan tindakan-tindakan manusia untuk memperoleh
kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
b. Ilmu yang dihadirkan dan ilmu yang dicapai
Ilmu
yang dihadirkan adalah bersifat langsung, serta merta, suprarasional (diatas atau diluar
jangkauan akal), intuitif (berdasar bisikan hati), dan kontemplatif (bersifat
renungan). Ilmu ini biasa disebut dengan ilmu ladunni. Ilmu yang dicapai adalah ilmu yang dicapai oleh akal pikiran
manusia (ilmu insani).
c. Ilmu keagamaan dan ilmu intelektual
Ilmu Keagamaan adalah ilmu-ilmu yang
diperoleh dari para nabi, tidak hadir dari akal, pikiran manusia biasa. Ilmu intelektual adalah berbagai ilmu
yang dicapai atau diperolek melalui kemampuan intelek (daya atau kecerdasan
berpikir).
d. Ilmu fardu ‘ain dan ilmu fardu kifayah
Ilmu fardu ‘ain merujuk pada kewajiban
agama yang mengikat setiap muslim dan muslimah. Sedangkan Ilmu fardu kifayah lebih kepada hal-hal yang
merupakan perintah ilahi yang bersifat mengikat komunitas (kelompok orang)
muslim dan muslimat menjadi satu kesatuan.
3. Menurut Qutubuddin Al-Syirazi, perincian
klasifikasinya yakni:
a. Ilmu-ilmu filosofis ( kefilsafatan )
b. Ilmu-ilmu nonfilosofi adalah ilmu-ilmu
religius atau termasuk dalam ajaran wahyu.
2.3. Hubungan Klasifikasi Ilmu dengan
Pendidikan
Mencari
ilmu adalah suatu kewajiban bagi setiap insan. Namun, ilmu apakah yang
hendaknya kita cari dan gali ? sedangkan ilmu Allah itu luar biasa banyaknya.
Menurut surah Al-alaq ayat 3-5 dan Al-kahf ayat 65, ilmu itu ada 2 macam jika
dilihat dari cara memperolehnya. Yaitu ilmu ladunni dan ilmu kasbi. Dari
penjelasan tersebut, kita mendapat gambaran bahwa kita harus berusaha untuk
terus mencari ilmu, karena ilmu ladunni tidak diperuntukkan untuk semua insan. Namun, ilmu Allah
sangatlah banyak dan luas. Dengan demikian, kita hendaknya mendalami ilmu yang
kita butuhkan seperti halnya ilmu tauhid, ilmu alam, ilmu ushul, ilmu akhlaq/hati,
dan ilmu fiqih. Karena ilmu-ilmu tersebut merupakan acuan dasar untuk kita
sebelum kita memahami ilmu-ilmu lainnya.
Jika
dikaitkan dengan proses pendidikan saat ini, kedua ayat diatas sangat relevan.
Karena dalam pendidikan formal, kita bukan hanya diajarkan mengenai ilmu-ilmu
intelektual tetapi kita juga diajarkan untuk memahami ilmu-ilmu agama. Hal ini
telah terealisasikan dengan adanya pesantren, MI, MTS, MAN, bahkan sampai
perguruan tinggi pun masih diberikan pembekalan agama. Bahkan bukan hanya
sekolah-sekolah dibawah naungan kementrian agama, tetapi sekolah-sekolah
seperti SD, SMP, SMA/SMK pun tetap dibekali pendidikan agama.
Disamping
itu, pendidikan intelektualnya pun diasah dan dipersiapkan serta diajarkan
dengan sebaik-baiknya. Sehingga dengan adanya pengklasifikasian ilmu ini, kita
bisa lebih mudah memahami sedikit dari banyaknya ilmu Allah dengan cara yang
sistematis. Sehingga, potensi yang telah diberikan oleh Allah bisa kita asah
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan itu, kita bisa benar-benar
menjadi seorang khalifah yang baik dimuka bumi ini.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Ilmu merupakan suatu istilah yang berasal dari bahasa arab, yaitu ‘alima.
Secara harfiah, ilmu dapat diartikan mengetahui. Secara istilah ilmu berarti
memahami hakikat sesuatu atau memahami hukum yang berlaku atas sesuatu. Sebagai
insan di dunia ini, kita diwajibkan untuk mencari ilmu karena hanya dengan ilmu
kemudahan akan kita dapat dalam meniti jalan kehidupan baik di dunia maupun di
akhirat. Allah menjelaskan dalam QS.Al-‘alaq ayat 3-5 dan QS.Al-kahf ayat 65
bahwa ilmu itu bisa diperoleh dari dua
cara yaitu ilmu ladunni yang diperoleh tanpa usaha dan ilmu kasbi yang diperoleh
dengan usaha melalui alat dan sebagainya.
Dengan adanya pengklasifikasian ilmu ini, kita bisa
lebih mudah memahami sedikit dari banyaknya ilmu Allah dengan cara yang
sistematis. Sehingga, potensi yang telah diberikan oleh Allah bisa kita asah
sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dengan itu, kita bisa benar-benar
menjadi seorang khalifah yang baik dimuka bumi ini.
3.2. Kritik dan Saran
Penulis
memohon maaf atas segala kehilafan dan kekurangan makalah ini dan senantiasa
mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini lebih bermanfaat
dan lebih baik kualitasnya dimasa mendatang. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi kita semua.
0 komentar:
Posting Komentar