Sabtu, 23 Juli 2016 | By: Imam

Makalah Ilmu Kalam



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu Kalam adalah salah satu nama atau sebutan untuk ilmu yang membicarakan ajaran ajaran dasar agama islam. Nama lain untuk ilmu kalam ini banyak macamnya sesuai dengan segi penekanannya atau dari sisi mana memandangnya. Misalnya, disebut dengan nama ilmu ushuluddin karena ilmu ini membicarakan tentang pokok-pokok kepercayaan agama islam. Ilmu kalam tidak muncul begitu saja tetapi melalui proses yang cukup lama serta peristiwa demi peristiwa yang melatarbelakangi munculnya atau lahirnya Ilmu kalam. Adapun sebab-sebab munculnya ilmu kalam yaitu dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Usman bin Affan, yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah terhadap kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Sikap Ali yang menerima tipu muslihat dari Amr bin Ash (utusan Mu’awiyah), menimbulkan perpecahan dalam umatnya. Ada kelompok yang membela dan ada yang keluar dari barisan Ali. Sehingga terbentuklah kelompok-kelompok yang memiliki pemikiran sendiri dan berbeda-beda untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya. Dan dalam perdebatan antara kelompok inilah digunakan ilmu kalam untuk menguatkan pemikirannya.

B. Rumusan Masalah
     1. Bagaimana Nama dan Pengertian Ilmu Kalam..?
     2. Apa saja Sumber-sumber Ilmu Kalam..?
     3. Bagaimana Sejarah Kemunculan Persoalan-persoalan Kalam..?

C. Tujuan Penulisan
     1. Mengetahui Nama dan Pengertian Ilmu Kalam.
     2. Mengetahui Sumber-sumber Ilmu Kalam.
     3. Mengetahui Sejarah Kemunculan Persoalan-persoalan Kalam.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Nama dan Pengertian Ilmu Kalam
       Ilmu Kalam biasa disebut dengan beberapa nama, antara lain: Ilmu Ushuluddin, Ilmu Tauhid, Fiqh Al-Akbar, dan Teologi Islam. Menurut beberapa tokoh, pengertian Ilmu Kalam adalah sebagai berikut :
a). Mustafa Abdul Raziq
“Ilmu kalam yang berkaitan dengan akidah imani ini sesungguhnya di bangun di atas argumentasi-argumentasi rasional. Atau, ilmu yang berkaitan dengan akidah islam ini bertolak atas bantuan nalar.”
b). Al-Farabi
“Ilmu kalam adalah disiplin lmu yang membahas Dzat dan sifat Allah beserta eksistensi semua yang mungin, mulai yang berkenaan dengan masalah dunia sampai masalah sesudah mati yang berlandaskan doktrin Islam. Stressing akhirnya adalah memproduksi ilmu ketuhanan secara filosofis.”
c). Ibnu Kaldun
“Ilmu kalam adalah disiplin ilmu yang mengandung berbagai argumentasi tentang akidah imani yang di perkuat dalil-dalil rasional.”
       Apabila memperhatikan definisi ilmu kalam di atas, yakni ilmu yang membahas berbagai masalah ketuhanan dengan menggunakan argumentasi logika atau filsafat, secara teoritis aliran Salaf tidak dapat dimasukkan ke dalam aliran ilmu kalam, karena aliran ini dalam masalah-masalah ketuhanan, tidak menggunakan argumentasi filsafat atau logika. Aliran ini cukup dimasukkan ke dalam aliran ilmu tauhid, ilmu ushuluddin atau fiqh al-akbar.

B. Sumber-Sumber Ilmu Kalam
Sumber-sumber ilmu kalam adalah sebagai berikut
1. Al-Qur’an
          Sebagai sumber ilmu kalam, Al Qur’an banyak menyinggung hal yang berkaitan dengan masalah ketuhanan, diantaranya adalah:
a.       Q.S.Al-Ikhlas (112): 3-4. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang tampak sekutu (sejajar) dengan-Nya.
b.      Q.S.Asy-Syura (42): 7. Ayat ini menunjukkan bahwa Tuhan tidak menyerupai apapun di dunia ini. Ia Maha Mendengar dan Maha Mengetahuinya.
c.       Q.S.Al-Furqan (25): 59. Ayat ini menunjukan bawha Tuhan Yang Maha Penyayamg bertahta di atas “Asry”. Ia Pencipta langit, bumi, dan semua yang ada di antara keduanya.
Ayat-ayat diatas berkaitan dengan dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan , dan hal-hal lain yang berkaitan dengan eksistensi Tuhan. Hanya saja, penjelasan rincinya tidak ditemukan. Oleh sebab itu, para ahli berbeda pendapat dalam menginterprestasikan rinciannya. Pembicaraan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ketuhanan itu disistematisasikan yang pada gilirannya menjadi sebuah ilmu yang di kenal dengan istilah Ilmu Kalam.
2. Hadis
       Masalah-masalah dalam ilmu kalam juga disinggung dalam banyak Hadits, Diantaranya yaitu Hadits yang menjelaskan tentang iman, islam dan ihsan termasuk menyinggung ilmu kalam.
       Adapun beberapa hadits yang kemudian di pahami sebagian umat sebagai prediksi Nabi mengenai kemunculan berbagai golongan dalam ilmu kalam, Diantaranya:
       “Hadits yang diriwayatkan Abu Hurairoh r.a. Ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, ”Orang-orang yahudi akan terpecah belah menjadi 72 golongan.”
       “Hadits yang diriwayatkan Abdullah bin Umar. Ia mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Aku menimpa umatku yang pernah menimba bani israil,bani israil telah terpecah belah menjadi 72 golongan dan umatku akan terpecah belah menjadi 73 golongan. Semuanya akan masuk neraka, kecuali 1 golongan saja, “Siapa mereka itu, wahai Rosulullah?” tanya para sahabat. Rosulullah menjawab “Mereka adalah yang mengikuti jejakku dan sahabat-sahabat ku”.
       Syekh Abdul qodir mengomentari bahwa hadist yang berkaitan dengan masalah faksi umat ini,yang merupakan salah satu kajian ilmu kalam,mmpunyai sanad yang sangat banyak. Diantara sanad yang sampai kepada nabi adalah yang berasal dari berbagai sahabat,seperti Anas bin malik,Abu hurairah,Abu ad-darda,Jabir abu said al khudri,Abu abi ka’ab,Abdullah bin amr bin al-ash,Abu ummah dan Washilah bin al aqsa.
       Adapula pada riwayatyang hanya sampai kedapa sahabat.Di antaranya adalah hadits yang mengatakan bahwa umat islam akan terpecah belah kedalam beberapa golongan.Diantara gololngan-golongan itu hanya satu saja yang benar sedangkan yang lainnya sesat.
3. Pemikiran Manusia
       Pemikiran manusia dalam hal ini, baik berupa pemikiran umat islam sendiri atau pemikiran yang berasal dari  luar umat islam.
       Sebelum filsafat yunani masuk dan berkembang di dunia islam, untuk islam sendiri telah menggunakan pemikiran rasionya untuk menjelaskan hal-hal yang bekaitan dengan ayat-ayat Al-Qur’an, terutama yang belum jelas maksudnya. Keharusan untuk menggunakan rasio ternyata mendapat pijakan dari beberapa ayat Al-Qur’an, diantaranya :
·         Q.S. Muhammad (47): 24. yang Artinya :
..Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an atau kah hati mereka terkunci. ..
·         Q.S. Qaf (50): 6-7. yang Artinya :
..Maka apakah mereka tidak melihat akan langit yang berada di atas mereka, bagaimana kami meninggikannya dan menghiasinnya dan langit itu tidak mempunyai retak-retak sedikitpun? Dan kami hamparkan bumi itu, dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata.”
       Bentuk kongkret pengunaan pemikiran islam sebagai sumber ilmu kalam adalah ijtihad yang dilakukan para mutakallim dalam persoalan-persoalan tertentu yang tidak ada penjelasannya dalam Al-Qur’an dan Hadits, Misalnya persoalan Manzillah bain al-manzilatain (posisi tengah diantara dua posisi) di kalangan Mu’tazilah; persoalan ma’shum dan bada dikalangan Syi’ah; dan persoalan kasab di kalangan Asy’ariyah.
       Adapun sumber ilmu kalam berupa pemikiran yang berasal dari luar islam dapat di klasifikasikan dalam dua kategori. Pertama, pemikiran non muslim yang telah menjadi peradaban lalu di transfer dan diasimilasikan dengan pemikiran umat islam. Proses transfer dan asaimilasi ini dapat di maklumi karena sebelum islam masuk dan berkembang, dunia Arab (timur tengah) adalah suatu wilayah tempat di turunkannya agama-agama samawi lainnya. Agama-agama itu beberapa kali diturunkan Allah SWT. Di dunia arab antara lain disebabkan masyarakatnya dikenal suka ingkar pada kebenaran dan suka berbuat hipokrit. Oleh sebab itu, secara kultural, mereka adalah orang-orang yang suka menyelewengkan kebenaran Tuhan, sehingga sangat pantas kalau setiapkali terjadi penyelewengan selalu terjadi degradasi nilai-nilai kemanusiaan yang sangat memilukan.
       Karena kondisi inilah Allah SWT. Menurunkan kembali agama islam yang lurus untuk mengikis penyelewengan terhadap agama samawi dan dekadensi moral.Agama-agama samawi yang telah diselewengkan itu adalah Mazdakiyah, Manawiyah, Yahudi, Nasrani. Di antara para penganut agama itu , terdapat para teolog, pemikir agama, dan tokoh lainnya yang sangat ahli di bidangnya. Setelah masuk islam, mereka membawa ide dan pemikiran yang selama ini mereka geluti kedalam islam sehingga menimbulkan permasalahan baru di dalam islam. Diantara permasalahan itu ada yang berkaitan dengan ketuhanan. Padahal pada masa Rasulullah Saw. permasalahan itu tidak pernah muncul apalagi berkembang.
4. Insting
       Secara instingtif, manusia selalu ingin bertuhan. Oleh karena itu, kepercayaan adanya Tuhan telah berkembang sejak adanya manusia pertama. Abbas Mahmoud Al-Akkad mengatakan bahwa keberadaan mitos merupakan asal-usul agama di kalangan orang-orang primitif . Tylor justru mengatakan bahwa animisme anggapan adanya kehidupan pada benda-benda mati merupakan asal-usul kepercayaan adanya Tuhan. Adapun Spencer mengatakan lain lagi. Ia mengatakan bahwa pemujaan terhadap nenek moyang merupakan bentuk ibadah yang paling tua. Keduanya menganggap bahwa animisme dan pemujaan terhadap nenek moyang sebagai asal-usul kepercayaan dan ibadah tertua terhadap Tuhan yang Maha Esa, lebih dilatarbelakangi oleh adanya pengalaman setiap manusia yang suka mengalami mimpi.
       Di dalam mimpi, seseorang dapat bertemu, bercakap-cakap, bercengkrama, dan sebagainya dengan orang lain, bahkan dengan orang yang telah mati sekalipun. Ketika seseorang yang bermimpi itu bangun, dirinya tetap berada di tempat semula. Kondisi ini telah membentuk intuisi bagi setiap orang yang telah bermimpi untuk meyakini bahwa apa yang telah di lakukannya dalam mimpi adalah perbuatan roh lain, yang pada masanya roh itu akan segera kembali. Dari pemujaan terhadap roh berkembang pemujaan terhadap matahari, benda-benda langit atau alam lainnya.
       Abbas Mahmoed Al-Akkad, pada bagian lain, mengatakan bahwa sejak pemikiran pemujaan terhadap benda-benda alam berkrmbang, di wilayah-wilayah tertentu pemujaan terhadap benda-benda alam berkembang secara beragam. Di mesir, masyarakatnya memuja Totemisme. Mereka menganggap suci terhadap burung elang, burung nasr, ibn awa (semacam anjing hutan), buaya, dan lain-lainnya. Anggapan itu lalu berkembang pemujaan terhadap matahari. Dari sini berkembang lagi menjadi percaya adanya keabadiaan dan balasan bagi amal perbuatan yang baik. Jadi kepercayan adanya Tuhan, secara Instingti, telah berkembang sejak keberadaan manusia pertama.
       Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa secara historis, Ilmu kalam bersumber pada Al-Qur’an, Hadits, Pemikiran manusia, dan Insting: Ilmu kalam adalah sebuah ilmu yang mempunyai objek tersendiri, tersistematisasikan, dan mempunyai metodologi tersendiri. Dikatakan oleh Musththafa Abd Ar-Raziq bahwa ilmu bermula ditangan pemikir Mu’tazilah, Abu Hasyim, dan Kawannya Imam Al-Hasan bin Muhammad bin Hanafiyah. Adapun orang pertama yang membentangkan pemikiran kalam secara lebih baik dari logikanya adalah Imam Al-Asy’ari, tokoh ahli sunnah wa al-jamaah, melalui tulisan-tulisannya yang terkenal, yaitu Al-Maqalat, dan An-Ushul Ad-Diyanah.
C. Sejarah Kemunculan Persoalan-Persoalan Kalam
       Menurut Harun Nasution, kemunculan persoalan kalam dipicu oleh persoalan politik yang menyangkut peristiwa pembunuhan Usman bin Affan, yang berbuntut pada penolakan Mu’awiyah terhadap kepemimpinan Ali bin Abi Thalib. Sikap Ali yang menerima tipu muslihat dari Amr bin Al-Ash (utusan Mu’awiyah), menimbulkan perpecahan dalam pasukannya. Ada kelompok yang mendukung Ali (Kelompok Syi’ah) dan ada yang keluar dari barisan Ali (Kelompok Khawarij). Sehingga terbentuklah kelompok-kelompok yang memiliki pemikiran sendiri dan berbeda-beda untuk mempertahankan eksistensi kelompoknya.
       Harun lebih lanjut melihat bahwa persoalan kalam yang pertama kali muncul adalah persoalan siapa yang kafir dan siapa yang bukan kafir. Dalam arti siapa yang telah keluar dari Islam dan siapa yang masih tetap dalam Islam. Khawarij sebagaimana telah di sebutkan, memandang bahwa orang-orang yang terlibat dalam peristiwa tahkim, yakni Ali, Mu’awiyah, Amr bin Al-Ash, Abu Musa Al-Asy’ari, adalah kafir berdasarkan firman Allah pada surat Al-Mai’idah ayat 44.
  Persoalan ini telah menimbulkan 3 (tiga) aliran teologidalam Islam yaitu:
1.    Aliran Khawarij, menegaskan bahwa orang yang berdosa besar adalah kafir, dalam arti telah keluar dari Islam, atau tegasnya murtad dan wajib dibunuh.
2.    Aliran Murji’ah, menegaskan bahwa orang yang berbuat dosa besar masih tetap mukmin dan bukan kafir. Adapun soal dosa yang dilakukannya, hal itu terserah kepada Allah untuk mengampuni atau menghukumnya.
3.    Aliran Mu’tazilah, yaitu tidak menerima kedua pendapat diatas. Bagi mereka, orang yang berdosa besar bukan kfir, tetapi bukan pula mukmin. Mereka mengambil posisi antara mukmin dan kafir, yang dalam bahasa Arabnya terkenal dengan istilah al-manzilah mazilatain (posisi diantara dua posisi).
Dalam islam, timbul pula dua aliran teologi yang terkenal dengan nama Qadariyah dan Jabariyah. Menurut Qadariyah, manusia mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya. Adapun Menurut Jabariyah, berpendapat sebaliknya bahwa manusia tidak mempunyai kemerdekaan dalam kehendak dan perbuatannya.
       Aliran Mu’tazilah yang bercorak rasional mendapat tentangan keras dari golongan tradisional Islam, terutama golongan Hanbali, yaitu pengikut-pengikut mazhab Ibn Hanbal. Mereka yang menentang ini kemudian mengambil bentuk aliran teologi tradisional yang dipelopori Abu Al-Hasan Al-Asy’ari (935 M). Disamping aliran Asy’ariyah, timbul pula suatu aliran di samarkan yang juga bermaksud menentang aliran Mu’tazilah. Aliran inididirikan oleh Abu Mansur Muhammad Al-Marturidi (w. 944 M). Aliran inikemudian terkenaldengan nama teologi Al-Maturidiyah.
       Aliran-aliran Khawarij, Murji’ah dan Mu’tazilah tak mempunyai wujud lagi, kecuali dalam sejarah. Adapun yang masih ada sampai sekarang adalah aliran Asy’ariah dan Maturidiyah yang keduanya disebut Ahlussunnah wal-jama’ah

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
       Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa ilmu kalam adalah suatu ilmu yang membahas tentang akidah dengan dalil-dalil aqliah (rasional ilmiah) dan sebagai tameng terhadap segala tantangan dari para penentang dan sejarah dalam pendeklarasian ilmu kalam tidak luput dari sejarah perpecahan prinsip teologi umat islam yang masih ketika itu dipicu persoalan politik dan kedangkalan ukhuwah dalam perilaku perebutan singgasana kekuasaan dan ilmu kalam tidak lepas dari ilmu tauhid, Ilmu Tauhid adalah salah satu cabang ilmu study keislaman yang lebih memfokuskan pada pembahasan wujud Allah dengan segala sifat-Nya serta tentang para Rasul-Nya, Sifat-sifat dan segala perbuatannya dengan berbagai pendekatan.


DAFTAR PUSTAKA
Rozak, Abdul., Rosihan anwar. 2003. ilmu kalam. Bandung: cv.pustaka setia.
                       

0 komentar:

Posting Komentar