BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Masalah
Secara naluriah
manusia tidak bisa dilepaskan dari makhluk lainnya, karena manusia merupakan
makhluk sosial yang tak mampu hidup sendirian, esensi manusia sebagai makhluk sosial pada dasarnya adalah kesadaran
manusia tentang status dan posisi dirinya adalah kehidupan bersama, serta
bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya di dalam kebersamaan. Kewajiban
kebersamaan ini bisa diaplikasikan dengan cara saling menolong, saling
menghargai, saling memberi dan hubungan sosial lainnya. Islam merupakan salah
satu agama yang sangat menganjurkan berhubungan baik antar sesama, namun pada
relitanya banyak orang yang kurang peka terhadap kepedulian sosial ini,
sehingga menjadikan tatanan sosial yang tidak seimbang, maka terjadilah
perilaku negatif yang membahayakan keterjalinan hubungan sosial antara individu
dengan individu yang mengakibatkan kurangnya keharmonisan dalam pergaulan. Maka
alangkah ironisnya jika umat Islam antipati terhadap sosial.
Disisi lain
seorang muslim mempunyai karakter dan kewajiban yang sama besarnya dengan hablum
minallah yaitu hablum minannas atau hubungan dirinya
dengan sesama manusia. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang lebih kompleks
karena hubungan ini melibatkan banyak pihak yang besifat relatif serta penuh
dengan dinamika. Oleh sebab harus diingat bawa manusia itu makhluk yang
dibekali rasa, karsa dan periksa. Sehingga segala tindak-tanduknya tak
akan terlepas dari ketiga faktor tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Apa saja Hadits tentang Kepedulian
Sosial dan Keutamaannya ?
2. Bagaimana
Penjelasan Hadits terkait Kepedulian Sosial dan Keutamaannya ?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Mengetahui apa
saja Hadits tentang Kepedulian Sosial
2. Mengetahui
Penjelasan Hadits terkait Kepedulian Sosial
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Hadits Tentang Kepedulian
Sosial dan Keutamaanya
1. Memperhatikan Kesulitan Orang Lain
حَدَ سَنَا يَحْيَ التَمِمِيُّ وَاَبُو بَكْرِبْنُ اَبِى شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ
بْنُ العَلَاءِ الهَمْدَ نِيُّ وَالْلَفْظُ لْيَحْيَ قَالَ يَحْيَ اَخْبَرَنَا
وَقَالَ الَاخَرَانِ حَدَّ ثَنَا اَبُو مُعَا وِّيَتَهَ عَنْ الاْعْمَسِ عَنْ
اَبِى صَالِحْ عَنْ اَبِى هُرَيْرَةَ ر.ع.قال:قال رسول الله ص.م: مَنْ نَفَّسَ
عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الُّد نْيَا نَفَّسَ الله عَنْهُ كُرْبَةً
مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلىَ مُعْسِرٍيَسَّرَاللهُ
عَلَيْهِ فِى الُّد نْيَا وَالْاَخِرَاةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ الله
فِى الُّد نْيَا وَالْاخِرَةِ وَالله فِى عَوْنِ الْعِبَدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ
فِى عَوْنِ اَخِيْهِ (روه لمسلم)
Ø Terjemah Hadits
“Telah menceritakan kepada kami
yahya bin Yahya At-Tamimi dan Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Muhammad bin
Al-‘Ala Al-hamdani dan lafadh ini milik yahya ,Dia berkata; telah mengabarkan
kepada kami, dan berkata lainya, telah menceritakan kepada kami Abu Muawiyah
dari Al-A’masy dari abu Shalih dari Abu
Hurairah dia berkata; rasulullah SAW telah bersabda: “Barang siapa membebaskan
seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia , maka Allah akan membebaskannya dari
suatu kesulitan pada hari kiamat. Dan barang siapa memberi kelonggaran kepada
seorang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan
di akhirat, dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah menutup
aib dia di dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya menolong hamba-Nya selama
hamba-Nya menolong saudaranya.”
2. Meringankan Penderitaan dan Beban Orang Lain
حَدَ ثَنَا قُتَيْبَة بنُ سَعِيْدٍ حَدَ ثَنَالَيْث
عَنْ عُقَيلْ عَنْ الُّزهْرِى عَنْ سَالِمٍ عَنْ اَبِيْهِ اَنَّ رَسُولُ الله
ص.م:اَلْمُسْلِمُ اَخُوْالْمُسْلِمِ لَايَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ
فِي حَاجَةِ اَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِيْ حَاجَتِهِ وَمَنْفَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ
كُرْبَةً فَرَّجَ اَللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ وَمَنْ
سَتَرَمُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ القِيَا مَة (روه البخري و مسلم وابودا ود
والنسائ والترمذي)
Ø Terjemah Hadits
“Telah
menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, telah menceritakan kepada kami
Laits dari ‘Uqail dari Az-Zuhri dari Salim dari bapaknya bahwa Rasulullah SAW
bersabda: “ seorang muslim dari muslim yang lain adalah bersaudara, ia tidak
boleh berbuat dzalim dan aniaya kepada saudaranya yang muslim. Barang siapa
yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memenuhi kebutuhannya.
Barang siapa membebaskan orang muslim dari suatu kesulitan, maka Allah akan
membebaskannya dari kesulitan pada hari kiamat. Dan barang siapa menutupi aib
seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat kelak.”
B.
Penjelasan Hadits
terkait Kepedulian Sosial dan Keutamaannya
Hadits di atas mengajarkan kepada
kita untuk selalu memperhatikan sesama muslim dan memberikan pertolongan jika
seorang mendapatkan kesulitan.
Melepaskan kesusahan orang lain
sangat luas maknanya, bergantung pada kesusahan yang sedang diderita oleh
saudaranya seiman tersebut. Jika saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan
dia termasuk orang yang berkecukupan atau kaya, dia harus berusaha menolongnya
dengan cara memberikan pekerjaan atau bantuan sesuai kemampuanya; jika
saudaranya sakit, dia berusaha menolongnya, antara lain dengan membantu
memanggilkan dokter atau memberikan sebagian uangnya guna meringankan biaya
pengobatanya.
Orang muslim yang membantu
meringankan atau melonggarkan kesusahan saudaranya yang seiman berarti telah
menolong hamba Allah SWT. Allah pun akan memberikan pertolongan-Nya serta
menyelamatkannya dari berbagai kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana
firman-Nya:
“Hai orang-orang mukmin, jika kamu
menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan
kedudukanmu.” (Q.S. Muhammad: 7)
Begitu pula orang yang membantu kaum
muslimin agar terlepas dari berbagai cobaan dan bahaya, ia akan mendapat pahala
yang lebih besar dari Allah SWT. Dan Allah SWT pun akan melepaskannya dari
berbagai kesusahan yang akan dihadapinya, baik di dunia maupun di akhirat, pada
hari ketika harta benda, anak, maupun benda-benda yang selama ini dibanggakan
di dunia tidak lagi bermanfaat. Pada waktu itu hanya pertolongan Allah saja
yang akan menyelamatkan manusia. Berbahagialah bagi mereka yang bersedia untuk
melepaskan penderitaan sesama orang mukmin kerena pada hari kiamat nanti, Allah
akan menyelamatkannya.
Adakalanya suatu masalah sangat sulit untuk diatasi atau
hanya dapat diselesaikan oleh yang bersangkutan. Terhadap masalah seperti itu,
seorang mukmin ikut melonggarkannya atau memberikan pandangan dan jalan keluar,
meskipun dia sendiri tidak terlibat secara langsung. Bahkan, hanya dengan
mendengarkan curhat atau keluhannya saja sudah cukup untuk mengurangi beban
yang dihadapi olehnya. Dengan demikian, melonggarkan kesusahan orang lain
haruslah sesuai dengan kemampuan saja dan bergantung pada kesusahan yang sedang
dialami oleh saudaranya seiman tersebut. Orang yang berusaha sekuat tenaga
untuk melonggarkan penderitaan saudaranya sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, dia akan mendapat pertolongan dari Allah SWT, yaitu Allah akan
melonggarkan berbagai kesusahannya, baik di dunia maupun di akhirat.
Orang mukmin pun harus berusaha
menutupi aib saudaranya. Dia harus berusaha menjaga rahasia saudaranya. Apalagi
jika dia tahu bahwa orang yang bersangkutan tidak akan senang kalau aib atau
rahasianya diketahui oleh orang lain. Namun jika keaiban itu termasuk
kejahatan, maka dia tidak boleh menutupinya.
Jika dia tetap saja menutupi aib tersebut, perbuatan seperti itu sangat
dicela dan tidak dibenarkan dalam islam, sebagaimana firman-Nya:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah
Amat berat siksa-Nya.” (Q.S. Al-Maidah: 2)
Dengan demikian, jika melihat
seseorang akan melakukan kejahatan atau dosa, setiap mukmin harus berusaha untuk mencegahnya dan menasehatinya.
Jika orang tersebut sudah terlanjur melakukan perbuatan dosa, suruhlah
bertaubat kerena Allah maha pengampun dan maha penerima taubat. Tindakan itu
termasuk pertolongan juga kerena berusaha menyelamatkan seseorang dari adzab
Allah. Itulah makna lain dari menutupi aib kaum muslimin, yakni menutupi agar
saudaranya tidak terjerumus ke dalam kesesatan dan dosa. Allah pun akan
menutupi aib kita di dunia maupun di
akhirat jika kita mampu menjaga aib baik maupun buruk sesama muslim di dunia.
Yang paling penting dalam melakukan
perbuatan yang dianjurkan syara’, seperti menolong atau melonggarkan kesusahan
orang lain, adalah tidak mengharapkan pamrih dari orang yang di tolong, melainkan
ikhlas adalah semata-mata menjalankan perintah Allah dan di dasari rasa iman
dan ingin mendapatkan ridho-Nya.
Sebenarnya, inti dari hadits di atas
adalah agar umat islam memiliki jiwa kepedulian yang tinggi dan kepekaan
terhadap saudara-saudara seimannya. Orang yang memiliki harta melebihi orang
lain, hendaknya tidak menjadikan sombong atau tinggi hati serta tidak mau
menolong orang yang sangat membutuhkan pertolongannya. Karena pada hakikatnya
Allah menciptakan manusia dengan kehidupan yang berbeda-beda itu adalah untuk
saling melengkapi satu sama lain.
Jika dunia ini hanya di huni oleh
orang yang kaya, siapa yang akan menjadi petani atau mengerjakan pekerjaan yang
biasa dilakukan oleh orang yang miskin? Dengan demikian pada hakikatnya hidup
di dunia ini saling melengkapi, orang kaya tidak akan kaya jika tidak ada orang
miskin, semakin kaya seseorang, ia semakin membutuhkan orang miskin. Rasulullah
Bersabda: “Kalian ditolong dan diberi rejeki hanyalah oleh kaum lemah di antara
kalian.”(HR.Bukhari).
Peduli terhadap sesama tidak hanya dalam masalah materi
saja, tetapi dalam berbagai hal yang menyebabkan orang lain susah. Jika mampu,
setiap muslim harus berusaha untuk menolong sesamanya.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia merupakan makhluk
sosial yang tak mampu hidup sendirian, esensi manusia sebagai makhluk sosial
pada dasarnya adalah kesadaran manusia tentang status dan posisi dirinya adalah
kehidupan bersama, serta bagaimana tanggung jawab dan kewajibannya di dalam
kebersamaan. Kewajiban kebersamaan ini bisa diaplikasikan dengan cara saling
menolong, saling menghargai, saling memberi dan hubungan sosial lainnya.
Orang yang melepaskan kesusahan seorang mukmin dari berbagai kesusahan dunia akan mendapat pertolongan
Allah, yaitu Allah SWT akan melepaskan orang tersebut dari kesusahan-kesusahan
pada hari kiamat, orang yang memeberi kelonggaran kepada orang yang sedang
ditimpa kesusahan, niscaya Allah memberi kelonggaran
bagi orang tersebut di dunia dan di akhirat dan orang yang menutupi seorang
mukmin dari aib dan perbuatan dosa, niscaya Allah akan menutupi orang tersebut
dari aib dan azab di akhirat.
Ketiga ungkapan tersebut, pada intinya adalah
anjuran kepada setiap orang yang beriman agar mau memperhatikan dan saling
menolong, dan Allah akan membalasnya dengan yang lebih baik.
Sesungguhnya Allah SWT akan selalu menolong
hamba-Nya selama hamba-Nya mau menolong dan membantu sesama saudaranya.
DAFTAR
PUSTAKA
Al Bassam, Abdullah bin Abdurrahman. 2009. Penjelasan
Hukum dari Kitab Bulughul Maram. Jakarta: Pustaka Azzam.
Muslim,
Imam, Shahih Muslim, (Bandung : Multazam, 1974)
Rahmat
Syafe’I, .Al Hadits. (Bandung: CV Pustaka, 252-259)
Ibnu Daqiiqil ‘ied. Syarah Hadits Arba’in. Bogor:
At-Tibyan.
Asmoro, Toto, Menuju Muslim Kaffah, (Jakarta : Gema Insani Press, 2000)
http://stitattaqwa.blogspot.co.id/2014/02/hadits-tarbawi-kepedulian-sosial.html
0 komentar:
Posting Komentar